Selasa, 15 Maret 2011

Matahari Terbit Dua Hari Lebih Cepat Dari Biasanya di Greenland



Matahari di atas Greenland, negara pulau yang terletak di antara Laut Arctic dan Atlantic dan sebelah timur Kanada, muncul dua hari lebih cepat dari jadwal biasanya. Menurut para ilmuwan, matahari yang biasanya terbit di awal tahun ini merupakan tanda berakhirnya malam panjang selama satu setengah bulan di sana.

Tapi untuk pertama kalinya dalam sejarah matahari terlihat di garis horizon pada pukul 13.00 waktu setempat pada 11 Januari lalu. Padahal, menurut jadwal, matahari semestinya bersinar pada 13 Januari.

Kejadian langka ini diduga karena lapisan atas permukaan es di Greenland mencair sehingga sinar matahari mampu menembus lebih awal. Teori ini didasarkan atas studi perubahan cuaca yang membuktikan bahwa tingkat lapisan atas es di Greenland mulai menurun.

Laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia menyebutkan bahwa suhu di Greenland naik sekitar 3 derajat Celcius dari suhu rata-rata tahun lalu.

Selain itu, pada Desember lalu suhu udara juga lebih hangat dari biasanya dan hujan lebih banyak turun ketimbang salju. Beberapa kalangan berpendapat bahwa kemunculan matahari yang lebih cepat dua hari itu kemungkinan ada kaitannya dengan fenomena luar angkasa.

Tapi, Wolfgang Lenhardt, direktur departemen geofisika Central Institute Meteorology di Wina, menolak teori tersebut. “Konstelasi bintang tak pernah berubah. Jika itu terjadi, pasti akan terjadi kekacauan di bumi,” katanya.

Sumber :
tempointeraktif.com






Jumat, 04 Maret 2011

Pengaruh Posisi dan Letak Geografis Terhadap Perubahan Musim Di Indonesia



 

a. Pengaruh Gerak Semu Matahari
Bumi bergerak mengelilingi matahari disebut revolusi. Pada saat berevolusi, Bumi juga berputar pada porosnya. Kondisi ini mengakibatkan matahari seolah bergerak bolak-balik di sekitar garis balik balik utara (23030 LU) dan garis balik selatan (23030’ LS). Fenomena inilah yang kemudian disebut gerak semu matahari. Gerakakan ini membuat adanya perbedaan panas matahari yang diterima permukaan Bumi. Tempat-tempat yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit menerima panas matahari daripada tempat-tempat yang bearada pada lintang tinggi lebih sedikit menerima panas matahari daripada tempat-tempat pada lintang rendah.
Berdasarkan perbedaan inilah terjadi klasifikasi iklim matahari menurut Supan dan Rubner. Posisi lintang Indonesia berada pada lintang 11015’ LS – 6008’ LU. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Span dan Rubner, Indonesia mempunyai iklim tropika yang mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan hujan.

b. Pengaruh Tiupan Angin
Di wilayah Indonesia bertiup beberapa jenis angin. Ada yang bersifat lokal, ada pula yang bersifat regional atau dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Angin tersebut diantaranya angin muson barat dan angin muson timur. Angin ini tidak hanya bertiup di Indonesia tetapi juga bertiup di beberapa wilayah yang dilintasi gerak semu matahari. Berikut Angin yang bertiup di Indonesia :
1.Angin Musim (Muson) Barat (Desember – April)
Pada musim Barat pusat tekanan udara tinggi berekembang diatas benua Asia dan pusat tekanan udara rendah terjadi diatas benua Australia sehingga angin berhembus dari barat laut menuju Tenggara. Di Pulau Jawa angin ini dikenal sebagai Angin Muson Barat Laut. Musim Barat umumnya membawa curah hujan yang tinggi di Pulau Jawa. Angin muson barat berhembus pada bulan Oktober - April, matahari berada di belahan bumi selatan, mengakibatkan belahan bumi selatan khususnya Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua Asia. Akibatnya di Australia bertemperatur tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan tekanan udaranya tinggi (maksimum).
Oleh karena itu terjadilah pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia sebagai angin muson barat.Angin ini melewati Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena melewati lautan tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia turunlah
hujan. Setiap bulan November, Desember, dan Januari Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi.

2. Angin Musim (Muson) Timur (April - Oktober)
 Pada musim Timur pusat tekanan udara rendah yang terjadi diatas Benua Asia dan pusat tekanan udara tinggi diatas Benua Australia menyebabkan angin behembu dari Tenggara menuju Barat Laut. Di Pulau Jawa bertiup Angin Muson Tenggara. Selama musim Timur, Pulau Jawa biasanya mengalami kekeringan. Angin muson timur berhembus setiap bulan April - Oktober, ketika matahari mulai bergeser ke belahan bumi utara. Di belahan bumi utara khususnya benua Asia temperaturnya tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari, temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin muson timur. Angin ini tidak banyak menurunkan hujan, karena hanya melewati laut kecil dan jalur sempit seperti Laut Timor, Laut Arafuru, dan bagian selatan Irian Jaya, serta Kepulauan Nusa Tenggara.
Oleh sebab itu, di Indonesia sering menyebutnya sebagai musim kemarau.Di antara kedua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau terdapat musim lain yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan). Peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau disebut musim kemareng, sedangkan peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan disebut musim labuh. Adapun ciri-ciri musim pancaroba (peralihan), yaitu antara lain udara terasa panas, arah angin tidak teratur, sering terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat dan lebat.
3. Angin Musim Peralihan (Maret – Mei dan September – November)
 Periode Maret – Mei dikenal seagai musim Peralihan I atau Muson pancaroba awal tahun, sedangkan periode Septemer – November disebt musim peralihan II atau musim pancaroba akhir tahun. Pada musim-musim Peralihan, matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan arahnya tidak menentu.

4.Angin Lokal
 Angin ini bertiup setiap hari, seperti angin darat, angin laut, angin lembah dan angin gunung.Angin lokal dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Angin Darat dan Angin Laut
 Angin ini terjadi di daerah pantai yang diakibatkan adanya perbedaan sifat daratan dan lautan. Pada malam hari daratan lebih dingin daripada lautan sehingga di daratan merupakan daerah maksimum yang menyebabkan terjadinya angin darat. Sebaliknya, pada siang hari terjadi angin laut. Perhatikan gambar di bawah ini. Kedua angin ini banyak dimanfaatkan oleh para nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pada malam hari saat bertiupnya angin darat, para nelayan pergi menangkap ikan di laut. Sebaliknya pada siang hari saat bertiupnya angin laut, para nelayan pulang dari penangkapannya.

2. Angin Lembah dan Angin Gunung
 Pada siang hari puncak gunung lebih cepat menerima panas daripada lembah yang dalam keadaan tertutup. Puncak gunung tekanan udaranya minimum dan lembah tekanan udaranya maksimum. Karena keadaan ini maka udara bergerak dari lembah menyusur lereng menuju ke puncak gunung. Angin dari lembah ini disebut angin lembah. Pada malam hari puncak gunung lebih cepat mengeluarkan panas daripada lembah. Akibatnya di puncak gunung bertekanan lebih tinggi (maksimum) dibandingkan dengan di lembah (minimum) sehingga angin bertiup dari puncak gunung menuruni lereng menuju ke lembah. Angin dari puncak gunung ini disebut angin gunung.
http://bimly-se.blogspot.com/2009/08/pengaruh-letak-geografis-indonesia.

Kamis, 03 Maret 2011

"Pembakaran Al-Qur’an Bahayakan Perang Melawan Taliban"


KABUL (Berita SuaraMedia) – Penistaan agama dalam peristiwa pembakaran Al Qur’an di sebuah gereja di Florida, yang mengakibatkan timbulnya kerusuhan mematikan selama tiga hari di Afghanistan, menimbulkan bahaya baru dalam upaya perang Amerika Serikat menghadapi Taliban. Hal itu diungkapkan oleh komandan AS, Jenderal David Petraeus, dalam sebuah wawancara.
Jenderal Petraeus, yang memimpin sekitar 150.000 prajurit AS dan sekutu di Afghanistan, menyampaikan hal tersebut setelah massa terbakar amarahnya menggelar unjuk rasa di Kota Mazar-e-Sharif, Afghanistan, di sebuah bangunan PBB dan menewaskan tujuh warga asing. Massa kemudian mengamuk di Kandahar sambil mengibarkan bendera Taliban.
Kerusuhan berdarah yang muncul secara spontan tersebut mengejutkan masyarakat internasional dan semakin menyoroti keadaan rentan yang dihadapi pemerintah Afghanistan. Kekerasan terhadap target Barat di daerah perkotaan menjadi ancaman baru di sebuah negara yang umumnya perang berlangsung di pedesaan, ditambah dengan ketidaksiapan aparat keamanan asing dan lokal untuk menghadapinya.
"Menghadapi massa adalah mimpi buruk, bahkan bagi pemimpin aparat keamanan. Khususnya kerusuhan yang bisa dipengaruhi pihak-pihak yang ingin menghasut agar terjadi kekerasan, yang ingin membajak keinginan, dalam kasus ini mungkin adalah keinginan yang dapat dipahami," kata Jenderal Petraeus dalam wawancara hari Minggu (3/4).
"Jelas hal ini merupakan tantangan keamanan tambahan yang serius di sebuah negara yang sudah tidak aman," tambahnya.
September tahun lalu, saat Pendeta Terry Jones dari World Dove Outreach Center di Gainesville, Florida, pertama mengumumkan niatannya untuk membakar kitab suci umat Islam, Jenderal Petraeus mendesak sang pendeta agar membatalkannya. Petraeus mengklaim bahwa hal itu bisa "dimanfaatkan" Taliban dan membahayakan nyawa para prajurit Amerika.
Jones membatalkan gagasan itu tahun lalu, namun kemudian ia dan gerejanya melakukan "persidangan" dan membakar Al-Qur’an dalam sebuah upacara yang direkam video pada 20 Maret.
"Ini mengejutkan," kata Jenderal Petraeus. Ia menambahkan, "Pembakaran Al-Qur’an di Florida membakar amarah, amat kurang ajar, dan sangat tidak toleran."
Jenderal Petraeus, Duta Besar AS Karl Eikenberry, dan sejumlah utusan Barat lainnya bertemu dengan Presiden Hamid Karzai pada hari Minggu untuk membahas krisis keamanan yang muncul gara-gara kejadian di Florida tersebut.
Meski Petraeus mengaku tidak ragu bahwa Karzai menganggap serius keadaan tersebut, sejumlah pejabat Barat mengeluh karena Karzai sendiri semakin memperburuk ketegangan dengan pernyataannya terkait peristiwa tersebut.
Sebagian besar warga Afghanistan baru mengetahui peristiwa pembakaran di Florida saat Karzai pada 24 Maret mengecam tindakan itu dan mendesak AS dan PBB mengadili pelakunya dan meminta tanggapan yang memuaskan 1,5 juta umat Islam yang marah di seluruh dunia.
Usai berjumpa dengan Petraeus dan para utusan, Karzai menyampaikan pernyataan baru dan meminta "pemerintah, Senat, dan Kongres AS dengan jelas mengecam tindakan mengerikan (Pendeta Jones) dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang."
Unjuk rasa di Mazar-e-Sharif Jumat lalu dilakukan setelah khotbah berapi-api dari para ulama pemerintah di masjid utama kota itu.
Akan tetapi, pada hari Sabtu pada pengunjuk rasa di Kandahar juga meneriakkan "Binasalah Karzai" selain "Binasalah Amerika."
Sembilan orang warga Afghanistan tewas dan lebih dari 80 orang lainnya terluka di Kandahar pada hari Sabtu saat para pengunjuk rasa berusaha mengusir para perwakilan PBB di sana. Penembakan terjadi saat para pengunjuk rasa dihentikan pasukan keamanan Afghanistan.
"Menurut kami, tidak ada bedanya antara pria di Florida itu dengan para prajurit Amerika di sini," kata Karimullah, mahasiswa berusia 25 tahun yang tidak memberikan nama lengkap dan turut ambil bagian dalam unjuk rasa Kandahar, sama seperti sebagian besar warga Afghanistan. "Mereka menghabisi rakyat di sini, semenetara di AS mereka membakar kitab suci Al-Qur’an. Amerika hanya ingin mempermalukan dunia Islam." (dn/ws) www.suaramedia.com